Indonesia Perlu Pangan. Tapi Kalau Begini Terus, Impor Lagi - Impor Lagi #IntrigueRK

179,870
0
2024-02-01に共有
Sudah 25 tahun diproyekkan, gagal! Tetapi terus diulangi. Siapa Yang Menangguk Untung dan Merusak Hutan?

Di gurun pasir, banyak bangsa telah membuktikan mereka bisa menghasilkan pangan. Mengapa kita membuatnya mangkrak?

Kalau tak ditangani secara serius, Food Estate bisa membuat pemerintahan pelanjut Jokowi rapuh. Ia bisa menjadi guncangan politik dan Hambalang kedua.

Selengkapnya di #IntrigueRK:

Selengkapnya:
   • Intrigue - Series  

----------------------------------------------
Follow:
www.instagram.com/rhenald.kasali
www.tiktok.com/@rhenaldkasali
twitter.com/rhenald_kasali
----------------------------------------------

#rhenaldkasali #stayrelevant #podcast #shorts #viral #indonesia

コメント (21)
  • era jokowi benar2 membunuh petani. saya sekali panen jagung jika hasil bagus dapat 4.5 juta dan biaya tanam sekitar 2 juta(kurun waktu 3.5bulan). saya juga ogah nanam padi karena hasilnya dibawah itu. tapi kenapa banyak petani suka jokowi, karena rata2 petani tidak tamat sd, jokowi tampil makan di pinggir jalan, masuk gang2, humoris, sopan, itu sudah cukup membuat masyarakat miskin senang. di tempat saya sudah tidak ada orang nanam padi, kecuali disimpan gabah untuk dimakan sendiri.
  • Pemerintahan jokowi memang tidak memperdulikan kerusakan hutan dan lingkungan malah memberi jalan bagi oligarki untuk membabat hutan utk kepentingan kelompoknya
  • @zulkeje6462
    Malam Prof Rhenald Kasali. Proyek Mangkrak Tanam Singkong akhir jagung di polibeck.. Salam.🤟🤟🤟🇲🇨🇲🇨🇲🇨
  • Sptnya konsep Contract Farming Anies senada dg pemikiran Prof Dwi. Dg CF, NTP nya bs ditingkatkan shg petani bs untung. Dg petani untung, kesejahteraan meningkat, pelaku usaha pertanian bergairah utk berusaha. Dan goal akhirnya, ketahanan pangan negara bs diraih.
  • Betul kata prof andreas... Saya pun pernah mensurveinya .ternyata lebih dr 1 jt Ha lahan gambut... banyak yg tidak layak..seperti 1) Gambut fibrik/sapirik yg ga bagus buat perakaran 2) Tanah mineral d bawah gambut adalah pasir silika yg tidak ada hara dan tidak bisa meeyarap hara 3) potensi racun sulfat masam 4) kedalam gambut yg > 3m prof andreas sendiri tertarik supaya wilayah itu jadi kwasan lindung..karena banyak mikroba/hewan2 yg secara lingkungan miskin hara tapi bisa hidup normal.. itu sesuatu yg eksotis menurut beliau..mirip mikroba /bbrp mahluk hidup d belahan bumi lain yg hidup dekat gunung berapi/ hidup d kedalaman laut yg gelap yg bergantung dr gas2 gunung berapi bawah laut, dll Banyak yg tertarik dengan penelitian beliau dan berbondong2 farmasi besar mendanai beliau karena potensi mikroba yg luar biasa.. german/jepang/amrik... Saya bingung..negara ini tidak tertarik
  • @vandalistan
    Kebetulan saya bekerja di bidang yg berhubungan dengan pertanian. Memang betul apa yg disampaikan prof Dwi. Pengembangan usaha pangan di Indonesia tidak pernah dilakukan dengan serius, mental ABS itu masih sangat kental. Daerah yg tanahnya tidak layak dipakai bertani dipaksa untuk menghasilkan. Setelah buang uang banyak, ditinggalkan tanpa kejelasan kelanjutannya. Beberapa tahun kemudian, muncul program baru lagi. Begitu terus sampai bosan.
  • @suropurba8597
    Begitu banyak orang pintar cerdas bangsa kita ini, tapi karena kepentingan tertentu mereka dilupakan, seandainya bagi yg punya pendidikan S3 jurusan Pertanian, kehutanan dilibatkan utk mengkaji menganalisa, mungkin tdk separah kerusakan yg sedang diceritakan ini, semoga kedepan tdk terjadi lagi.🙏
  • @jwf1654
    Dulu 1 juta Ha lahan gambut di Kalimantan Tengah yg dibuka utk ditanam padi mengakibatkan menteri PU bapak Ir. Radinal Mochtar dihukum pidana. Sekrg ada program lagi Food Estate di Kalimantan Tengah dan Timur membuka lahan jutaan hektar virgin utk menjadi lahan pertanian singkong, walaupun sudah berkali-kali gagal seperti juga di Merauke Food Estate. Memang luar biasa.........
  • Beliau saksi hidup dan pelaku sejarah dng ilmu yg beliau yg dimiliki seharusnya diberi ruang untuk berdiskusi biar negara tidak salah arah Kalau berani undang ini dedy corbuzer hebat
  • @gussubagyo
    leadership bersih, jujur, amanah, cerdas Insya Alloh Indonesia Makmur Sentosa
  • Prof Rhenald..bawa Prof Dwi ini ke teamnya 03…semoga didengar dan digunakan ilmu dan integritasnya..
  • @luluipah87
    Daging semua ini pembicaraan nya,mudah di mengerti dan di fahami,termasuk kegagalan pemerintah yang selalu di tutupi
  • @Deeajadeh
    Prof Kasali, saya benar2 terpaku mendengar penjelasan prof Dwi Andreas, lantas untuk apa kita mempunyai ahli2 di bidangnya tapi sama sekali tidak diajak berunding utnk mengolah tanah2 ini?!. NKRI negara yang amat sangat kaya tapi yang menikmati hasilnya dengan merusaknya hanyalah orang2 yang haus dengan harta tanpa memikirkan kelanjutan hidup generasi mendatang. Saya mengusulkan kelak jika sudah terpilih presiden yang memihak kepada rakyat, prof Kasali menjadi salah satu team penasehat siapa2 yang patut menduduki jabatan di kementrian, karena prof Kasali sudah mewawancarai begitu banyak orang pintar yang sesuai dengan bidangnya tapi tidak pernah di lirik oleh penguasa2 sebelumnya. Tetap sehat ya prof
  • Prof Rhenald saya penasaran dengan kemampuan analisis nya josef H Wenas, tolong di undang donk prof 🙏
  • Ya Rabb🤲🤲 Ampuni bangsa ini. Telah nampak kerusakan di darat dan laut oleh ulah tangan manusia. Pantas saja bencana tidak kunjung henti di negeri ini. Ternyata tanah sejuta hektar di kalimantan dan Papua😭😭
  • @deadsquad8795
    Kekayaan hayati dan kelestarian alam adalah kekayaan sesungguhnya bagi bangsa ini, karena ia menghidupi banyak lapisan masyarakat bawah, daripada eksplorasi tambang maupun proyek food estate yg merupakan kedok perampokan SDA oleh sekelompok kecil elit bangsa !! Dampak kerusakan lingkungan yg berefek lintas generasi merupakan bencana besar bagi bangsa ini !! 😢
  • Sangat menarik Diskusi ini karena saya setuju karena persawahan kami di Sulawesi Utara banyak lahan yang ditinggalkan karena terlalau murah harga hasil panen dan petani tidak punya modal di Kab Bolaang Mongondow itu banyak sawah yang tidak dikerjakan dan sudah dijual pemiliknya dijadikan peruahan Penduduk ...menyedihkan sebetulnya hal ini penting bagi Pemerintahan berikutnya ....semoga
  • Sebagai wrga perkotaan yg tidak pernah mengenal dunia pertanian, penjelasan prof andreas sangat jelas dan runut, setuju dgn saran prof di akhir diskusi, tolong siapapun presiden nanti (asal jgn 02😅) prof ini dimasukkn ke dlm kabinet, kita perlh org2 yg paham kondisi pertanian Indonesia sprti beliau, sehat trus prof
  • @agungh8393
    Kemungkinan mengapa kesejahteraan petani kurang diperhatikan: 1. Petani terkesan lebih "nrimo" dan tidak terlalu berisik, terutama di sosmed. 2. Tingkat protes konsumen atas kenaikan harga sembako, lebih terasa "sexy" untuk di-expose (terutama oleh media), dan bisa digunakan untuk menciptakan kepanikan dan menggoyang kredibilitas pemerintah oleh pihak oposisi, atau pihak yg ingin mengambil keuntungan. 3. Kebijakan import dinilai lebih instant dan menguntungkan bagi pihak penguasa, perkara efek merugikan di masa yg akan datang, biarkan jadi masalah pemerintah di masa itu. Ini semua hanya pendapat dan kesimpulan pribadi sebagai rakyat jelata 🙏
  • Menyimak keterangan narasumber, Prof. Dwi betapa pemerintah Indonesia tidak belajar dari kegagalan sebelumnya. Perambahan hutan terjadi sangat masif disetiap kepemimpinan . Jutaan hektar hutan Indonesia rusak, uang negara bertrilyun-trilyun rupiah dialokasikan berujung condong kepada kegagalan. Adakah dibalik program food estate2 tsb ada praktek illegal logging? Atau mencari batubara dari tanah yang hutannya sudah dibabat habis tsb ? Yang terjadi pada Proyek Strategis Negara seperti IKN dan FOODESTATE bukan kah itu bisa disebut bentuk ILLEGAL LOGGING yang seBENARBENARnya yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto ? Di era Presiden SBY, ada perusahaan group Bakrie yang membuka lahan di Pulau Sumatera untuk ditanami kelapa sawit, ternyata setelah dilakukan land clearing diatas lahan tsb tanahnya terkandung deposit batubara yang sangat besar yang membuat keuntungan sangat besar Group Bakrie.